Oleh Erwin FS
Sudah lama saya tidak menulis. Di
momentum satu Muharam 1435 Hijriyah ini saya coba mengulas isu
kontemporer yang ada. Di pikiran saya, isu yang sedang populer saat ini
adalah masalah tuntutan kenaikan upah minimum regional.
Salah satu alasan Nabi Muhammad SAW
hijrah adalah kuat dan beratnya tekanan dari kelompok-kelompok yang
menentang Nabi Muhammad SAW di Mekkah. Namun demikian, kondisi seperti
itu juga ternyata membuat akidah dan mental umat Islam pada waktu itu
menjadi kuat.
Ketika Hijrah seluruh kaum muslimin bisa
dibilang dalam kondisi SPBU, yaitu “dimulai dari nol ya”. Artinya dari
segi ekonomi tidak ada yang bisa dibanggakan atau dijadikan pegangan.
Namun kebaikan kaum Anshor di Madinah dengan cepat bisa mengubah nasib
mereka. Ini artinya, ada pertolongan Allah SWT dalam membantu memulihkan
kondisi ekonomi kaum Muhajirin.
Jika dikaitkan masalah hijrah dengan
kondisi buruh secara umum, terutama buruh yang pendapatannya hanya pada
posisi UMR, memang sangat berat. Apalagi jika yang dimaksud adalah buruh
yang ada di Jabodetabek. Ada hal penting yang menurut saya harus
dimiliki oleh buruh yang beragama Islam, yaitu kekuatan mental yang
berlandaskan akidah yang mampu melahirkan amal ibadah yang baik.
Mengapa demikian, karena tanpa adanya
kekuatan akidah dan rutinitas amal ibadah, buruh yang hidupnya dalam
kondisi pas-pasan akan mudah mengalami disorientasi sehingga mengarah
kepada lemahnya kondisi keluarga secara mental. Ini akan berakibat
kepada pendidikan anak dan keluarga.
Jika masalah mental akidah dan amal
ibadah ini mampu diselesaikan dengan baik, maka selanjutnya yang perlu
dipikirkan adalah masalah ketahanan keluarga. Ketika pemahaman agama dan
keyakinan akan pertolongan Allah SWT menguat, maka dilanjutkan dengan
usaha-usaha yang mampu menghasilkan pendapatan tambahan. Akan lebih baik
disertai amalan-amalan yang sudah dilaksanakan Nabi Muhammad SAW
seperti sedekah dan membantu anak yatim.
Tidak ada larangan bagi buruh untuk
bersedekah maupun membantu anak yatim. Justru hal ini akan memberikan
umpan balik yang baik kepada pemberinya. Masalahnya, apakah yakin dan
mampu memelihara keyakinan tersebut atau tidak.
Perjuangan buruh dalam memperbaiki
kondisi ekonominya melalui tuntutan terhadap kenaikan upah adalah wajar.
Tapi di sisi lain pihak perusahaan juga harus adil yaitu memberi
penghargaan kepada mereka yang berprestasi dan memberi sanksi kepada
yang tidak berprestasi. Buruh harus menerima hal ini sebagai bagian dari
keadilan. Jangan sampai, menuntut upah naik tetapi malas dan rendah
kinerja dan prestasinya.
Salah satu indikator yang lebih adil dan
proporsional dalam melihat upah minimum ini menurut saya adalah nasab
zakat profesi. Pada tahun 2005-2006 saya pernah membaca nasab zakat
profesi per bulan adalah sekitar 3.265.000 rupiah. Tentu pada tahun
2013-2014 ini nominalnya mengalami kenaikan karena adanya inflasi dan
kenaikan harga.
Namun demikian, sepertinya bagi
perusahaan tidak mudah memberikan upah minimum sebesar nasab zakat
profesi tersebut. Dan dalam pandangan saya, di luar masalah nasab zakat
ini, tidak semua majikan (lebih luas dari perusahaan) yang mampu
membayar pekerjanya sesuai dengan aturan upah minimum.
Mengkahiri tulisan saya ini, yang bisa
disimpulkan adalah dua kekuatan bagi buruh muslim yang perlu ada adalah
kekuatan mental akidah dan kekuatan ekonomi yang dilandasi ketahanan
keluarga. Dan saran yang bisa disampaikan di sini adalah memperbaiki
keuangan keluarga dengan membiasakan diri melakukan perencanaan keuangan
keluarga.
Jika umat Islam dari Mekkah bisa berubah
nasib mereka dengan hijrah, maka bagi buruh muslim hijrah yang bisa
dilakukan adalah berpindah kepada kondisi mental akidah yang lebih baik
dibanding sebelumnya dan juga memunculkan solusi-solusi sumber
penghasilan lain dengan mengacu kepada ketahanan keluarga.
Kalau tulisan ini kesannya klise, mohon
dimaafkan. Tapi jika bermanfaat, saya bersyukur. Allah SWT dalam Al
Quran berpesan agar menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong. Tanpa
mental akidah yang kuat, mustahil bisa menjadikan sabar apalagi sholat
sebagai penolong. Semoga para buruh mampu melewati hari-harinya dengan
optimis.
1 Muharam 1435 H/5 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Recent Post
Dilema Inklusi Keuangan di Indonesia
Oleh Erwin FS Bank Dunia merilis data terkait inklusi keuangan (Kompas, 17/4/2015), pada rentang 2011-2014 700 juta orang di dunia men...
Popular Post
-
Oleh Erwin FS Jika ada manusia di dunia ini yang mengaku sebagai Tuhan, maka salah satunya adalah Firaun. “Dia (Firaun) berkata, “...
-
Oleh Erwin FS Perkembangan perbankan syariah yang begitu pesat di Indonesia patut diapresiasi. Perbankan syariah sebagai bagian ...
-
Oleh Erwin FS Abstrak Perkembangan bank syariah termasuk cukup pesat, terutama setelah tahun 1998, namun dilihat dari segi aset masih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar