Rabu, 02 November 2011

Pasar Tradisional dan Ekonomi

Oleh Erwin FS 
Saat ini, Pasar Raya Padang sudah sangat padat sekali oleh para pedagang, terutama pedagang kaki lima. Hal ini menyebabkan terganggunya konsumen untuk berbelanja. Suasana kurang nyaman menjadi pemandangan sehari-hari.

Padatnya Pasar Raya oleh para pedagang tersebut mengisyaratkan bahwa animo masyarakat untuk berdagang sangat besar, dan jumlah mereka yang berdagang pun banyak. Sayangnya seperti tidak ada tempat yang bisa dijadikan lahan untuk berdagang.

Pasar Raya menjadi salah satu pilihan yang menarik karena posisinya strategis dan sudah dikenal oleh banyak orang. Akses kendaraan pun tergolong mudah. Maka para pedagang pun banyak yang berjualan di sini. Sayangnya, semakin banyak yang berdagang, muncul ketidaknyamanan bagi sebagian pedagang. Pasar yang merupakan basis pembentukan modal sosial dan ekonomi rakyat justru mengalami reduksi nilai.

Berdasarkan data dari kementerian Koperasi dan UKM, pasar tradisional baru tercatat di 160 kabupaten/kota dari 502 kabupaten/kota. Ini artinya kebutuhan pasar sangat banyak. Di Malaysia, satu pasar tradisionalnya melayani 6667 penduduk, sedangkan Indonesia, satu pasar tradisional melayani 19.231 penduduk. Dengan kata lain, di Malaysia satu juta penduduknya dilayani 150 pasar, sedangkan di Indonesia satu juta penduduk dilayani oleh 52 pasar. Meskipun jumlah pasar di Indonesia berjumlah 13.450 unit, tetap masih dibutuhkan penambahan pasar yang baru.

Pasar tradisional adalah tempat yang pas bagi para pedagang yang kebanyakan pelaku usaha mikro kecil dan menengah untuk menggelar dagangan mereka. Sebuah pasar bisa menggerakkan ekonomi sebuah daerah karena di pasar tersebut bertemu penjual dan pembeli dan ada pertukaran barang dengan uang. Sektor riil bergerak.

Pembangunan pasar tradisional adalah bagian dari menjaga pertumbuhan ekonomi. Saat ini, pembangunan pasar baru seolah stagnan. Kalaupun ada, jumlahnya masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan. Animo masyarakat yang ingin berdagang mesti ditindak lanjuti dengan menyediakan tempat untuk mereka. Jangan sampai, sesama pelaku kecil saling mematikan akibat ketiadaan tempat yang memadai.

Pembangunan pasar tradisional juga selaras dengan triple track strategy Presiden SBY yaitu pro growth, pro jobs, dan pro poor. Pembangunan pasar akan berperan mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta kriminalitas. Pengurangan pengangguran dan kemiskinan ini jika mengandalkan angka pertumbuhan yang tinggi saja tidak akan bisa. Pemerintah harus menyediakan alokasi yang cukup untuk pembangunan pasar dalam rangka mengurangi pengangguran dan kemiskinan dan sekaligus mendukung berjalannya sektor riil.

Pasar keuangan sudah terbukti tidak berpengaruh kepada sektor riil, bahkan justru akan membawa dampak krisis keuangan global. Saat ini Amerika dan Eropa disibukkan oleh krisis keuangan. Setelah sebelumnya krisis keuangan dipicu oleh swasta, maka kini krisis keuangan dipicu oleh pemerintah. Hutang beberapa negara Eropa telah melewati PDB nya (Yunani 142,8%, Portugal 119%, Italia 119%) dan Amerika sendiri sebesar 75%. Padahal rasio hutang yang aman adalah 30 persen dari PDB (produk domestik bruto). Indonesia beruntung masih dalam kisaran 25 persen dari PDB, walaupun kalau dilihat nominalnya terbilang sangat besar, sekitar 1700 triliun rupiah.

Namun demikian, pemerintah diharapkan semakin memperhatikan keberadaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang jumlahnya adalah 99 persen dari pelaku usaha Indonesia. UMKM perlu terus diberdayakan agar daya beli masyarakat tumbuh dan terjadi perputaran uang yang sehat. Memfasilitasi pembangunan pasar adalah salah satu strategi untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan melancarkan pergerakan sektor riil serta memberdayakan ekonomi rakyat.

Sebagai basis perekonomian rakyat, maka pembangunan pasar tradisional diharapkan tidak memperhatikan aspek modernitas yang berdampak kepada harga karena dari beberapa kasus, hal tersebut akan memberatkan pedagang kecil untuk memiliki/menyewa di sana akibat harga yang tinggi. Hal ini kerap terlupakan karena masyarakat sering diperlihatkan dengan pembangunan pusat belanja modern yang cukup marak di berbagai wilayah.

Pembangunan pasar juga merupakan bagian dari berjalannya komunikasi sosial di antara penjual dengan pembeli. Jalinan komunikasi antara penjual dengan pembeli ini akan menjadi basis modal sosial dan sekaligus mereduksi kerawanan sosial seperti munculnya tindak kejahatan. Dan yang tak kalah pentingnya, pembangunan pasar merupakan bentuk pelayanan pemerintah kepada masyarakat terutama pedagang kecil sebagai bentuk memberi kail.

Dengan diberi kail, pedagang kecil akan lebih berdaya. Mereka memiliki kepastian dalam berusaha. Secara makro, hal ini akan membuat daya tahan ekonomi lebih kuat. Dan ini penting sekali karena sejak krisis tahun 1998, sudah terjadi berbagai krisis di belahan dunia yang selalu memiliki dampak negatif kepada Indonesia. Pihak Bappenas pun semakin menyadari akan arti pentingnya pemberdayaan para pelaku usaha mikro dan kecil ini.

Melihat berbagai krisis yang terjadi sejak 1998 hingga saat ini, tak ada yang bisa menebak sampai kapan krisis akan berakhir. Apalagi yang menjadi pemicu umumnya sektor keuangan. Aliran uang yang masuk dan keluar Indonesia tak selalu membantu bergeraknya sektor riil, malah hanya memperlemah nilai rupiah. Sedikit banyaknya ini akan mempengaruhi inflasi. Maka tak heran bila indikator kemiskinan pun mengalami perubahan sesuai dengan berjalannya waktu.

Angka garis kemiskinan pada bulan Maret 2011 adalah Rp 233.740 per kapita per bulan. Naik dibandingkan angka pada bulan Maret 2010 Rp 211.726 per kapita per bulan. Tidak tertutup kemungkinan angka garis kemiskinan akan naik terus. Untuk itu, memberdayakan pelaku UMKM ini terutama yang masih kurang beruntung adalah dengan memfasilitasi mereka berusaha. Di antaranya dengan menyediakan tempat atau membangun pasar baru.

Bank dunia sudah memperingatkan Indonesia akan dampak terburuk dari ekonomi dunia. Salah satu sarannya adalah mempersiapkan stimulus fiskal. Bank dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012 menjadi 4,1 persen, di mana pada tahun 2011 diperkirakan sekitar 6,4 persen.

Beberapa ekonom juga sudah menyuarakan pentingnya penguatan pasar domestik dalan rangka menghadapi krisis global yang sudah terjadi beberapa kali. Ekonomi domestik perlu diperkuat. Dan pembangunan pasar adalah bagian dari strategi penguatan ekonomi domestik yang dampaknya bisa langsung dirasakan oleh pelaku UMKM yang jumlahnya mayoritas di negeri ini dan sekaligus menggerakkan sektor riil. ۞
Dimuat di Harian Padang Ekspres, 2 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post

Dilema Inklusi Keuangan di Indonesia

Oleh Erwin FS Bank Dunia merilis data terkait inklusi keuangan (Kompas, 17/4/2015), pada rentang 2011-2014 700 juta orang di dunia men...

Popular Post