Minggu, 12 Juni 2011

Tukang Sihir Firaun

Oleh Erwin FS


Jika ada manusia di dunia ini yang mengaku sebagai Tuhan, maka salah satunya adalah Firaun. “Dia (Firaun) berkata, “Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara” (QS 26: 29). Pada zamannya, Firaun memiliki kekuatan memimpin yang luar biasa. Anak laki-laki dari Bani Israil disembelih, sementara anak perempuan dibiarkan hidup.
Namun Allah menyelamatkan Nabi Musa as dari kekejaman Firaun, hingga ia menyampaikan ajakan kepada Firaun untuk menyembah Allah SWT. Namun Firaun menjawab seruan itu dengan mengatakan kepada penduduk, “Sungguh Rasulmu yang diutus kepada kamu benar-benar orang gila” (QS 26:27).

Meskipun Firaun mengaku sebagai tuhan, namun karena keterbatasannya sebagai manusia, maka dikerahkanlah para tukang sihir untuk melawan Nabi Musa as. Mukjizat yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi Musa as di antaranya adalah tongkat yang bisa berubah menjadi ular. Ketika Firaun mengetahui tentang hal ini, maka dikerahkanlah seluruh tukang sihir di wilayah kekuasaannya untuk menghadapi Nabi Musa as. 

Firaun menjanjikan imbalan berupa kedudukan yang dekat dengannya kepada tukang sihir yang akan menghadapi Nabi Musa as. Ketika bertemu antara Nabi Musa as dengan tukang sihir Firaun, Musa meminta para tukang sihir itu melempar apa yang akan dilemparkan tukang sihir kepada Nabi Musa as. Lalu tukang sihir itu melempar tali-temali dan tongkat yang seolah-olah berubah menjadi ular. Maka Nabi Musa as melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular sebenarnya serta memakan tali-temali dan tongkat tukang sihir.

Ketika tukang sihir menyadari bahwa tongkat Nabi Musa as yang berubah menjadi ular sebenarnya adalah mukjizat, maka mereka mengucapkan, “Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam (yaitu) Tuhannya Musa dan Harun” (QS 26: 47-48). Lalu Firaun berkata, “Mengapa kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Nanti kamu pasti akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang dan sungguh, akan kusalib kamu semuanya” (QS 26:49).

Para tukang sihir itu menjawab, “Tidak ada yang kami takutkan, karena kami akan kembali kepada Tuhan kami. Sesungguhnya kami sangat menginginkan sekiranya Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami menjadi orang yang pertama-tama beriman” (QS 26: 50-51).

Setiap Nabi membawa mukjizat yang sesuai dengan kondisi umatnya. Apa yang dibawa Nabi Musa as akan berbeda dengan yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Para tukang sihir yang tergolong profesional di zaman Nabi Musa bisa langsung mengetahui bahwa tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular adalah sebuah mukjizat, bukan sihir. Demikian pula yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad. Mukjizat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah Al Quran.

Wahyu yang pertama turun adalah perintah membaca. Dan bagi siapa saja yang membaca Al Quran ini, maka mereka akan mengalami seperti tukang sihir, meyakini bahwa Al Quran yang merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah bukan sembarang bacaan. Kita bisa melihat bahwa di Eropa akibat semakin banyaknya orang yang membaca Al Quran, terutama terjemahannya, mereka lalu menyatakan kesaksiannya sebagai seorang muslim di mana sebelumnya mereka adalah non muslim.
Lalu, bagaimana dengan umat Islam sendiri? Adakah mereka rutin membaca Al Quran dan juga terjemahannya? Atau membaca tafsir dan ayat-ayat Al Quran? 

Mukjizat Al Quran akan bisa diimplementasikan bila umat Islam memiliki interaksi yang baik dengan Al Quran, membacanya secara rutin, mengetahui terjemahannya, memahami isinya, dan mengamalkan perintah serta menjauhi larangan yang tertulis di dalamnya.

Secara umum, rutin membaca terjemahannya saja sudah merupakan bentuk interaksi yang bagus. Menjadikan terjemahan Al Quran sebagai bacaan wajib merupakan bentuk dari mengimani Al Quran bagi umat Islam. Bagi kalangan di luar Islam, membaca terjemahan Al Quran adalah bagian dari memenuhi rasa keingintahuan yang menggebu. Ada yang masuk ke dalam Islam setelahnya, namun ada juga yang sekedar mengagumi isinya dan bahkan menjadikan bahan perang pemikiran karena diketahui umat Islam masih minim interaksinya dengan Al Quran.

Orang-orang yang sekualitas tukang sihir Firaun, yang profesional di bidangnya, ketika menghadapi apa yang dibawa Nabi Musa as dan kemudian beriman, adalah contoh nyata bagaimana orang yang ahli di bidang tertentu ketika suatu saat menghadapi sebuah mukjizat akan bersujud kepada Tuhan yang menciptakannya.

Demikian pula dengan Al Quran, siapa yang berinteraksi dengannya akan merasakan kenikmatan luar biasa baik berupa bahasa yang ada di dalamnya maupun mengikuti cerita masa lalu dan akan datang bagi kaum yang mematuhi maupun melanggar aturan Allah SWT maupun ilmu pengetahuan yang disampaikan. Sayangnya, masih sangat sedikit umat Islam berusaha untuk membaca terjemahan Al Quran secara rutin sehingga budaya yang muncul di tengah mereka adalah paham serba boleh di mana dampak negatif dari melanggar larangan Allah SWT itu tidak bisa dibendung oleh institusi keluarga maupun masyarakat.

Kondisi saat ini, begitu banyak “tukang sihir” yang berusaha menjalankan perintah “Firaun” di mana “tukang sihir” itu belum mendapatkan hidayah untuk beriman kepada Allah SWT. Di sisi lain, wahyu pertama berupa perintah membaca belum dijalankan maksimal oleh umat Islam, apalagi membaca terjemahan Al Quran yang seharusnya menjadi bacaan wajib yang  seharusnya dibaca rutin.

Mari lindungi diri dan keluarga kita dari sihir-sihir yang menjauhkan kita dari Allah, dan sebaliknya mari mulai membaca Al Quran melalui terjemahannya agar kita tidak mengalami disorientasi dalam meniti hidup ini dan sekaligus bisa menjadi pemimpin yang tangguh di lingkungan terdekat kita. ۞

12 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post

Dilema Inklusi Keuangan di Indonesia

Oleh Erwin FS Bank Dunia merilis data terkait inklusi keuangan (Kompas, 17/4/2015), pada rentang 2011-2014 700 juta orang di dunia men...

Popular Post