Bulan oktober 2009
ini di milis yang berfokus kepada ekonomi syariah terjadi diskusi seru
mengenai sumber daya manusia (SDM) dan sosialisasi perbankan syariah.
Dalam milis tersebut terungkap bahwa kebutuhan SDM bank syariah ke depan
akan lebih banyak lagi, yang berjumlah puluhan ribu. Fenomena
pembajakan sempat mencuat karena berdasarkan fakta masih sangat sedikit
SDM bank syariah untuk kebutuhan setingkat manajer.
Pangsa
pasar perbankan syariah di tingkat nasional juga dianggap masih sedikit
yaitu sekitar 2,5 persen. Seolah-olah ingin mengatakan bahwa
sosialisasi masih dirasa kurang. Jika dipakai tahun 1998 sebagai tolok
ukur berkembangnya perbankan syariah, berarti dalam masa lebih kurang 11
tahun pangsa pasar masih belum mengalami kemajuan yang berarti.
Untuk
mensosialisasikan perbankan syariah memang membutuhkan kesungguhan
karena sesungguhnya yang disampaikan adalah ajaran Islam yang berasal
dari wahyu Ilahi. Disamping itu, salah satu tema pokok kemunculan
perbankan syariah adalah pengharaman riba. Dengan tidak bermaksud
merendahkan SDM bank syariah yang sudah ada, jangankan masyarakat, SDM
bank syariah sendiri belum semuanya memahami tema utama pengharaman riba
dalama operasional perbankan syariah. Menurut saya ini adalah salah
satu faktor yang menyebabkan perbankan syariah belum diterima dengan
baik oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dalam
tulisan ini, masalah teknologi dikesampingkan terlebih dahulu untuk
memfokuskan kepada persoalan SDM bank syariah. Kekuatan utama bank
syariah justeru berada di SDM-nya. Teknologi adalah urutan kesekian
walaupun perannya sangat penting. Jika SDM-nya benar-benar mumpuni maka
akan sangat membantu sosialisasi bank syariah sekaligus pengharaman riba
kepada masyarakat. Jika SDM bank syariah bisa menunjukkan sikapnya yang
tegas dan jelas mengenai pengharaman riba maka masyarakat akan melihat
sebuah fenomena yang disebut sebagai budaya kuat.
Menurut
Eugene McKenna (2006) budaya kuat akan mempengaruhi pegawai di suatu
perusahaan secara signifikan. Maka jika budaya kuat itu dimiliki oleh
SDM bank syariah, akan bisa mempengaruhi masyarakat atau nasabah secara
signifikan. Untuk dapat memiliki budaya kuat di internal SDM bank
syariah, diperlukan sosialisasi.
Menurut
Gary Johns dan Alan M. Saks (2001), sosialisasi adalah cara bagaimana
individu perusahaan mempelajari keyakinan, nilai-nilai dan
asumsi-asumsi. Salah satu kesuksesan bank syariah adalah sukses
melakukan sosialisasi kepada seluruh pegawainya mengenai pengharaman
riba dan internalisasi nilai-nilai Islam sebagai bagian dari pembentukan
integritas SDM bank syariah.
Sebagai
orang luar, saya memang tidak mengetahui mekanisme internalisasi
nilai-nilai Islam pada SDM bank syariah. Namun selama ini belum
terdengar adanya upaya untuk melakukan internalisasi nilai-nilai Islam
kepada SDM bank syariah sebagai sebuah keharusan dan konsekuensi bekerja
di bank syariah yang sudah pasti mengamalkan ekonomi berdasarkan
syariah, memahami pengharaman riba dan bisa mewarnai masyarakat untuk
bertransaksi secara syariah.
Belajar dari Sejarah
SDM Muslim pertama yang dibentuk oleh Rasulullah SAW telah mengamalkan budaya kuat yang melawan budaya jahiliyah. Pada masa kelahiran Islam, budaya jahiliyah merupakan budaya kuat yang berada di kalangan masyarakat. Riba dan berbagai kemaksiatan sangat melekat dalam budaya masyarakat.
SDM Muslim pertama yang dibentuk oleh Rasulullah SAW telah mengamalkan budaya kuat yang melawan budaya jahiliyah. Pada masa kelahiran Islam, budaya jahiliyah merupakan budaya kuat yang berada di kalangan masyarakat. Riba dan berbagai kemaksiatan sangat melekat dalam budaya masyarakat.
Setelah
Islam datang, sebagian masyarakat memeluk Islam dan membuang berbagai
budaya kuat jahiliyah yang sempat mereka implementasikan. Rasulullah
secara bertahap membina SDM muslim, menguatkan akidah mereka dan
memperbaiki akhlak mereka.
Pengharaman
riba juga dilakukan secara bertahap hingga akhirnya kaum muslimin
dengan tegas mengharamkan riba dari kehidupan mereka. Pemahaman yang
benar tentang pengharaman riba ini diiringi dengan integritas mereka dan
juga pengamalan dalam ibadah.
Cara
Rasulullah SAW membentuk SDM muslim ini menjadi fondasi yang kokoh
dalam pembentukan peradaban Islam dan masyarakatnya hingga tujuh abad
lamanya. Bahkan dalam berbagai peperangan SDM muslim telah
memperlihatkan kualitas mereka. Salah satu perang yang cukup penting
adalah perang Yarmuk, dimana 30.000 hingga 40.000 pasukan muslim melawan
240.000 pasukan Romawi.
Perang
Yarmuk dipimpin oleh Khalid bin Walid. Dari jumlah pasukan yang ada,
1000 orang pasukan adalah sahabat Nabi, dan 100 di antaranya adalah
mereka yang ikut perang Badar. Dalam perang Yarmuk, panglima tertinggi
pasukan Romawi, Tazariq tewas.
Abu
Bakar Siddiq r.a dalam suratnya menjelang perang Yarmuk menulis,
”Sesungguhnya kalian tidak akan dikalahkan karena jumlah kalian yang
sedikit, tetapi kalian akan dikalahkan disebabkan dosa-dosa kalian”.
Pesan Abu Bakar ini sangat jelas bahwasanya yang bisa melemahkan mental
kaum muslimin dalam peperangan adalah banyaknya dosa yang diperbuat.
Hal
ini bisa juga diarahkan kepada SDM bank syariah. Jika SDM bank syariah
belum tunduk hatinya tentang haramnya riba, maka akan sulit untuk
menghasilkan SDM yang mumpuni berjuang di jalur ekonomi. Sedikitnya
jumlah bank syariah, termasuk pangsa pasarnya bukan hal yang menyebabkan
akan masa depan bank syariah yang kurang bagus, tetapi kemauan untuk
menumbuhkan budaya kuat yang meyakini haramnya riba dan implementasi
amaliyah dalam kehidupan sehari-hari SDM bank syariah yang akan
menyebabkan bank syariah menjadi lebih besar dan dihormati masyarakat.
Bank
syariah membutuhkan SDM yang sanggup dibentuk untuk menghadapi
pemahaman masyarakat tentang riba. Jika SDM bank syariah lemah dalam
menghadapi pemahaman masyarakat, maka lemah pulalah bank syariah. Namun
jika SDM bank syariah bisa menghadapi dan memberi argumentasi tentang
riba maka masyarakat akan bisa ditaklukan.
Dengan
demikian, SDM bank syariah bukan berasal dari institusi yang berlatar
belakang ekonomi syariah saja, akan tetapi bisa datang dari berbagai
latar belakang, asalkan bisa menjadi SDM yang berbudaya kuat yang mampu
melawan berbagai argumen yang akan melemahkan bank syariah. Dan
disamping itu amaliyah kesehariannya juga sesuai dengan sunnah dan
ajaran Islam sehingga mampu membentuk integritas pribadi yang Islami.
Menutup
tulisan ini saya mengutip jawaban dari dialog Kaisar Romawi, Heraklius
dengan pasukannya ketika kalah di perang Yarmuk (karena jumlah mereka
berlipat ganda) dan Heraklius membenarkan jawaban tersebut, ”Kami kalah
disebabkan mereka shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, mereka
menepati janji, mengajak kepada perbuatan ma’ruf, mencegah dari
perbuatan mungkar dan saling jujur sesama mereka. Sementara kita gemar
minum khamr, berzina, mengerjakan segala yang haram, menyalahi janji,
manjarah harta, berbuat kezhaliman, menyuruh kepada kemungkaran,
melarang dari apa-apa yang diridhai Allah dan kita selalu berbuat
kerusakan di muka bumi”.
Wallahua’lam.
Jakarta, 15 Nopember 2009