Minggu, 16 Desember 2007

Menatap SDM Indonesia Tahun 2008

Oleh Erwin FS



Kita bersyukur bahwa saat ini di tengah berbagai kondisi yang kurang menguntungkan masih ada harapan yang bisa diwujudkan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Hal itu adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang diamanahkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 
Meskipun semenjak krisis, kondisi ekonomi masyarakat kita belum menunjukkan perbaikan yang berarti, bahkan memunculkan kemiskinan baru akibat inflasi yang tinggi, pembangunan SDM masih terus berjalan.

SDM yang dimaksud di sini adalah generasi muda yang tengah duduk di bangku sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Mereka adalah generasi yang diharapkan mampu merubah kondisi yang ada sekarang menuju kondisi yang lebih baik.

Kita telah melihat dan merasakan bahwa sebelum tahun 2000 banyak penduduk Indonesia yang hanya tamat SD maupun tidak tamat SD dan tidak sedikit yang putus sekolah ketika di bangku SMP. Hal ini jelas akan berdampak buruk bagi masa depan bangsa. Mereka kelak akan menjadi orang tua yang mengasuh anak-anak mereka. Jika mereka hanya tamatan SD dan SMP maka pekerjaan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan penghasilanpun tidak bisa diandalkan untuk merubah nasib mereka dan anak mereka. Demikian juga dengan pola pikir mereka, karena pendidikan juga akan membentuk pola pikir ke arah yang lebih baik.

Untuk itu mulai milenium ketiga ini, pemerintah telah menganggarkan biaya pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama gratis. Kebijakan ini telah memberi harapan baru bagi masyarakat Indonesia yang masih mengalami kesulitan ekonomi. Sosialisasi yang gencar dilakukan di media telah memberi respon positif akan keberadaan program pendidikan gratis untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.  
Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah menentapkan target siswa yang mengikuti pendidikan sekolah dasar pada tahun 2008 sebesar 29,75 juta jiwa. Sementara penduduk yang berusia antara 7-12 tahun sendiri berjumlah 26 juta jiwa. Ini berarti ada siswa yang menjadi target tapi usianya berada di luar usia sekolah dasar.

Sementara untuk SMP, jumlah penduduk yang berumur 13-15 tahun adalah 13,32 juta jiwa dimana jumlah siswa ditargetkan 12,75 juta jiwa. Hal ini berbeda dengan kebijakan yang ada untuk sekolah dasar yang mentargetkan penduduk di luar usia sekolah dasar. Dan untuk SMA, dari jumlah penduduk usia 16-18 tahun yang berjumlah 12,66 juta jiwa, yang ditargetkan mengikuti pendidikan SMA adalah 7,61 juta jiwa, lebih dari setengahnya. Khusus untuk setingkat SMA, siswa SMK ditargetkan berjumlah 2,68  juta jiwa. Target ini memberikan gambaran bahwa SMK sudah mulai menjadi alternatif bagi mereka yang ingin memasuki pasar kerja lebih cepat dengan memiliki keterampilan tertentu. Disamping itu, ini adalah sebuah gambaran bahwa orang tua dan siswa mulai diajak realistis ketika mereka jika telah menamatkan SMA ada yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi, baik secara akademik maupun secara finansial. Dengan melanjutkan ke SMK, mereka akan lebih berdaya dan menemukan kondisi yang lebih realistis untuk kehidupan mereka. Namun kendala yang ada di SMK adalah kondisi alat-alat atau mesin yang masih belum diperbarui sesuai dengan kondisi terkini dunia industri. Tentunya kendala ini bisa menjadi perhatian pemerintah untuk memberikan bantuan kepada SMK guna mengikuti perkembangan dunia industri.  

Dengan melihat hal di atas, maka bisa disimpulkan bahwa pemerintah memprioritaskan pendidikan sekolah dasar dan kemudian sekolah menengah pertama untuk diikuti oleh sebanyak mungkin penduduk yang berada pada usia jenjang pendidikan tersebut. Jika target tersebut bisa dipenuhi dengan baik, maka akan ada harapan munculnya generasi yang lebih terdidik untuk mengisi pembangunan di Indonesia. Dengan pola pikir yang lebih baik, maka diharapkan akan bisa terbentuk masyarakat yang lebih rasional.  

Bagi pasar tenaga kerja, struktur yang ada di pasar menjadi semakin lebih beragam. Mulai tamatan SMP, SMA dan SMK serta perguruan tinggi akan mengisi pasar tenaga kerja. Dengan demikian, diharapkan sudah tidak ada lagi tamatan SD yang mengisi pasar tenaga kerja domestik. 
Bagi tenaga kerja wanita yang diasumsikan minimal tamatan SMP, hal ini jelas akan menaikkan posisi tawar mereka dan juga mereka telah memiliki pola pikir dan intelektualitas yang lebih baik. Dengan demikian mereka bisa lebih bertindak rasional dan peka terhadap lingkungan mereka. Disamping itu, salah satu kewajiban mereka sebagai ibu bagi anak-anak mereka bisa dilakukan dengan lebih baik jika pendidikan mereka sudah lebih tinggi.

Ekonomi 2008
Ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diramalkan belum masih menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari fluktuasi harga minyak dunia yang masih berada pada kisaran harga tinggi sehingga berpengaruh terhadap jalannya perekonomian. Kebijakan untuk mengurangi bensin bersubsidi adalah dampak dari kenaikan harga minyak dunia yang memberatkan APBN. Harga-harga yang mulai naik semenjak akhir lebaran akan semakin memberatkan beban masyarakat. Bagi masyarakat berpendapatan rendah ke bawah kondisi ini akan mempengaruhi kehidupan ekonomi mereka. Untuk itu, anggaran pendidikan diharapkan tidak terpengaruh sehingga hak warga negara untuk menikmati pendidikan terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama tetap bisa dinikmati.

Disamping itu, menjelang tahun 2009, suhu politik kemungkinan akan semakin tinggi. Suhu yang tinggi ini juga diharapkan tidak mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk menyediakan pendidikan dasar yang baik kepada masyarakat.  

Kendala, Solusi dan Harapan
Kendala untuk menyediakan pendidikan yang baik bagi masyarakat adalah masih banyaknya mereka yang putus sekolah meskipun kebijakan pendidikan gratis bagi masyarakat pada level sekolah dasar dan sekolah menengah pertama sudah berjalan. Sebagian besar mereka adalah penduduk miskin yang tidak memiliki data atau administrasi kependudukan sehingga mereka tidak bisa mendapatkan hak mereka. Disamping itu, orang tua mereka masih sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga untuk menyediakan dana operasional untuk sekolah anak mereka masih terkendala.   
Kendala dari pemerintah juga ada, mengingat keterbatasan dana yang belum mencapai 20 persen dari anggaran. Namun, kendala dari pemerintah masih bisa disiasati, asalkan anggaran yang sudah ada sebelumnya tidak dikurangi untuk pendidikan gratis. Yang terberat justru kendala yang berasal dari masyarakat berupa ketidakmampuan menyediakan biaya operasional sekolah anak mereka di luar bantuan dari pemerintah. Apalagi jika subsidi untuk premium dikurangi. Selama ini kenaikan harga BBM karena pengurangan subsidi telah menyebabkan semakin menurunnya pendapatan riil masyarakat dan juga efek multipliernya sangat luas.    

Barangkali pemerintah perlu mempertimbangkan lagi pemberian bantuan langsung tunai (BLT) kepada keluarga miskin agar mereka bisa menggunakan uang tersebut untuk membantu biaya operasional sekolah anak mereka. Meskipun ada temuan penyalahgunaan penggunaan BLT, tetap masih banyak keluarga miskin yang menggunakan bantuan tersebut untuk kebutuhan mereka. Orang tua umumnya ingin agar anak mereka bisa sekolah setinggi-tingginya, termasuk orang tua yang berasal dari keluarga miskin.  

Kembali kepada pembangunan SDM Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 telah mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional adalah sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Semakin banyak penduduk yang bisa menikmati pendidikan dasar akan semakin membuka mata hati mereka akan masalah keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Saat ini genetika sosial masyarakat tengah dihinggapi disorientasi sosial sehingga kesalehan pribadi dan kesalehan sosial tidak bisa berkembang dengan baik. Pendidikan adalah jalan untuk meningkatkan kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Pola pikir yang terbentuk dari mengikuti pendidikan adalah pola pikir yang lebih rasional dan intelektual sehingga hal ini bisa memajukan peradaban. Disamping itu, makna demokrasi akan lebih baik bila rakyat mendapat pendidikan yang lebih baik.   

Menutup tulisan ini penulis mengutip Al Quran Surat Al Alaq ayat 3 yang artinya, ”Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah”. Membaca adalah salah satu aktivitas dalam proses pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak yang ia dapat baca. Semakin banyak yang bisa dibaca seseorang maka kelak ia akan tahu bahwa Allah adalah yang Paling Pemurah sehingga hal ini bisa memberikan nilai positif bagi dirinya dan masyarakat. Semakin banyak orang yang memahami bahwa Allah adalah yang Paling Pemurah maka akan semakin tinggi peradaban yang terbentuk. Dan tahun 2008 sangat menentukan kemajuan SDM Indonesia untuk periode selanjutnya. Dengan berbagai peristiwa ekonomi yang kurang menggembirakan bagi masyarakat, menjadi tantangan tersendiri dalam kebijakan anggaran untuk pendidikan. 

Jakarta, 16 Desember 2007



Recent Post

Dilema Inklusi Keuangan di Indonesia

Oleh Erwin FS Bank Dunia merilis data terkait inklusi keuangan (Kompas, 17/4/2015), pada rentang 2011-2014 700 juta orang di dunia men...

Popular Post