Kita
bersyukur bahwa saat ini di tengah berbagai kondisi yang kurang menguntungkan
masih ada harapan yang bisa diwujudkan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Hal itu adalah pembangunan sumber daya
manusia (SDM) yang diamanahkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Meskipun
semenjak krisis, kondisi ekonomi masyarakat kita belum menunjukkan perbaikan
yang berarti, bahkan memunculkan kemiskinan baru akibat inflasi yang tinggi,
pembangunan SDM masih terus berjalan.
SDM yang
dimaksud di sini adalah generasi muda yang tengah duduk di bangku sekolah
dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Mereka adalah
generasi yang diharapkan mampu merubah kondisi yang ada sekarang menuju kondisi
yang lebih baik.
Kita
telah melihat dan merasakan bahwa sebelum tahun 2000 banyak penduduk Indonesia
yang hanya tamat SD maupun tidak tamat SD dan tidak sedikit yang putus sekolah
ketika di bangku SMP. Hal ini jelas akan berdampak buruk bagi masa depan
bangsa. Mereka kelak akan menjadi orang tua yang mengasuh anak-anak mereka.
Jika mereka hanya tamatan SD dan SMP maka pekerjaan yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan penghasilanpun tidak bisa diandalkan untuk merubah nasib mereka dan
anak mereka. Demikian juga dengan pola pikir mereka, karena pendidikan juga
akan membentuk pola pikir ke arah yang lebih baik.
Untuk
itu mulai milenium ketiga ini, pemerintah telah menganggarkan biaya pendidikan
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama gratis. Kebijakan ini telah memberi
harapan baru bagi masyarakat Indonesia yang masih mengalami kesulitan ekonomi. Sosialisasi yang
gencar dilakukan di media telah memberi respon positif akan keberadaan program
pendidikan gratis untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Pemerintah
melalui Departemen Pendidikan Nasional telah menentapkan target siswa yang
mengikuti pendidikan sekolah dasar pada tahun 2008 sebesar 29,75 juta jiwa.
Sementara penduduk yang berusia antara 7-12 tahun sendiri berjumlah 26 juta
jiwa. Ini berarti ada siswa yang menjadi target tapi usianya berada di luar
usia sekolah dasar.
Sementara
untuk SMP, jumlah penduduk yang berumur 13-15 tahun adalah 13,32 juta jiwa
dimana jumlah siswa ditargetkan 12,75 juta jiwa. Hal ini berbeda dengan
kebijakan yang ada untuk sekolah dasar yang mentargetkan penduduk di luar usia
sekolah dasar. Dan untuk SMA, dari jumlah penduduk usia 16-18 tahun yang
berjumlah 12,66 juta jiwa, yang ditargetkan mengikuti pendidikan SMA adalah
7,61 juta jiwa, lebih dari setengahnya. Khusus untuk setingkat SMA, siswa SMK
ditargetkan berjumlah 2,68 juta jiwa. Target ini memberikan gambaran
bahwa SMK sudah mulai menjadi alternatif bagi mereka yang ingin memasuki pasar
kerja lebih cepat dengan memiliki keterampilan tertentu. Disamping itu, ini
adalah sebuah gambaran bahwa orang tua dan siswa mulai diajak realistis ketika
mereka jika telah menamatkan SMA ada yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan
tinggi, baik secara akademik maupun secara finansial. Dengan melanjutkan ke
SMK, mereka akan lebih berdaya dan menemukan kondisi yang lebih realistis untuk
kehidupan mereka. Namun kendala yang ada di SMK adalah kondisi alat-alat atau
mesin yang masih belum diperbarui sesuai dengan kondisi terkini dunia industri.
Tentunya kendala ini bisa menjadi perhatian pemerintah untuk memberikan bantuan
kepada SMK guna mengikuti perkembangan dunia industri.
Dengan
melihat hal di atas, maka bisa disimpulkan bahwa pemerintah memprioritaskan
pendidikan sekolah dasar dan kemudian sekolah menengah pertama untuk diikuti
oleh sebanyak mungkin penduduk yang berada pada usia jenjang pendidikan
tersebut. Jika target tersebut bisa dipenuhi dengan baik, maka akan ada harapan
munculnya generasi yang lebih terdidik untuk mengisi pembangunan di Indonesia. Dengan
pola pikir yang lebih baik, maka diharapkan akan bisa terbentuk masyarakat yang
lebih rasional.
Bagi pasar tenaga kerja, struktur yang ada di pasar menjadi
semakin lebih beragam. Mulai tamatan SMP, SMA dan SMK serta perguruan tinggi
akan mengisi pasar tenaga kerja. Dengan demikian, diharapkan sudah tidak ada
lagi tamatan SD yang mengisi pasar tenaga kerja domestik.
Bagi
tenaga kerja wanita yang diasumsikan minimal tamatan SMP, hal ini jelas akan
menaikkan posisi tawar mereka dan juga mereka telah memiliki pola pikir dan
intelektualitas yang lebih baik. Dengan demikian mereka bisa lebih bertindak rasional dan
peka terhadap lingkungan mereka. Disamping itu, salah satu kewajiban mereka
sebagai ibu bagi anak-anak mereka bisa dilakukan dengan lebih baik jika
pendidikan mereka sudah lebih tinggi.
Ekonomi 2008
Ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diramalkan belum masih
menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari fluktuasi harga minyak dunia yang
masih berada pada kisaran harga tinggi sehingga berpengaruh terhadap jalannya
perekonomian. Kebijakan untuk mengurangi bensin bersubsidi adalah dampak dari
kenaikan harga minyak dunia yang memberatkan APBN. Harga-harga yang mulai naik
semenjak akhir lebaran akan semakin memberatkan beban masyarakat. Bagi
masyarakat berpendapatan rendah ke bawah kondisi ini akan mempengaruhi
kehidupan ekonomi mereka. Untuk itu, anggaran pendidikan diharapkan tidak
terpengaruh sehingga hak warga negara untuk menikmati pendidikan terutama
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama tetap bisa dinikmati.
Disamping itu, menjelang tahun 2009, suhu politik
kemungkinan akan semakin tinggi. Suhu yang tinggi ini juga diharapkan tidak
mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk menyediakan pendidikan dasar yang baik
kepada masyarakat.
Kendala, Solusi dan Harapan
Kendala untuk menyediakan pendidikan yang baik bagi
masyarakat adalah masih banyaknya mereka yang putus sekolah meskipun kebijakan
pendidikan gratis bagi masyarakat pada level sekolah dasar dan sekolah menengah
pertama sudah berjalan. Sebagian besar mereka adalah penduduk miskin yang tidak
memiliki data atau administrasi kependudukan sehingga mereka tidak bisa
mendapatkan hak mereka. Disamping itu, orang tua mereka masih sulit untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga untuk menyediakan dana operasional
untuk sekolah anak mereka masih terkendala.
Kendala dari pemerintah juga ada, mengingat keterbatasan
dana yang belum mencapai 20 persen dari anggaran. Namun, kendala dari
pemerintah masih bisa disiasati, asalkan anggaran yang sudah ada sebelumnya
tidak dikurangi untuk pendidikan gratis. Yang terberat justru kendala yang
berasal dari masyarakat berupa ketidakmampuan menyediakan biaya operasional
sekolah anak mereka di luar bantuan dari pemerintah. Apalagi jika subsidi untuk
premium dikurangi. Selama ini kenaikan harga BBM karena pengurangan subsidi
telah menyebabkan semakin menurunnya pendapatan riil masyarakat dan juga efek
multipliernya sangat luas.
Barangkali pemerintah perlu mempertimbangkan lagi
pemberian bantuan langsung tunai (BLT) kepada keluarga miskin agar mereka bisa
menggunakan uang tersebut untuk membantu biaya operasional sekolah anak mereka.
Meskipun ada temuan penyalahgunaan penggunaan BLT, tetap masih banyak keluarga
miskin yang menggunakan bantuan tersebut untuk kebutuhan mereka. Orang tua
umumnya ingin agar anak mereka bisa sekolah setinggi-tingginya, termasuk orang
tua yang berasal dari keluarga miskin.
Kembali
kepada pembangunan SDM Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 telah mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional adalah sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Semakin banyak penduduk yang bisa
menikmati pendidikan dasar akan semakin membuka mata hati mereka akan masalah
keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Saat ini genetika sosial masyarakat
tengah dihinggapi disorientasi sosial sehingga kesalehan pribadi dan kesalehan
sosial tidak bisa berkembang dengan baik. Pendidikan adalah jalan untuk
meningkatkan kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Pola pikir yang terbentuk
dari mengikuti pendidikan adalah pola pikir yang lebih rasional dan intelektual
sehingga hal ini bisa memajukan peradaban. Disamping itu, makna demokrasi akan
lebih baik bila rakyat mendapat pendidikan yang lebih baik.
Menutup
tulisan ini penulis mengutip Al Quran Surat Al Alaq ayat 3 yang artinya,
”Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah”. Membaca adalah salah satu
aktivitas dalam proses pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka akan semakin banyak yang ia dapat baca. Semakin banyak yang bisa dibaca
seseorang maka kelak ia akan tahu bahwa Allah adalah yang Paling Pemurah
sehingga hal ini bisa memberikan nilai positif bagi dirinya dan masyarakat. Semakin
banyak orang yang memahami bahwa Allah adalah yang Paling Pemurah maka akan
semakin tinggi peradaban yang terbentuk. Dan tahun 2008 sangat menentukan
kemajuan SDM Indonesia untuk periode selanjutnya. Dengan berbagai peristiwa
ekonomi yang kurang menggembirakan bagi masyarakat, menjadi tantangan
tersendiri dalam kebijakan anggaran untuk pendidikan.
Jakarta, 16 Desember 2007