Oleh Erwin FS
Pendahuluan
Peran sumber daya manusia (SDM) di berbagai organisasi semakin mendapat
perhatian yang serius. Kecanggihan teknologi yang telah dicapai saat
ini ternyata tetap membutuhkan SDM yang kompeten untuk menjalankan
organisasi. Kita memang mesti mengakui bahwa kecanggihan teknologi
sangat mendukung jalannya organisasi. Namun pada akhirnya, organisasi
mesti memiliki SDM yang kompeten agar bisa bersaing di pasar yang
semakin mengglobal.
Pembajakan SDM
adalah hal yang sepertinya sudah menjadi kelaziman dalam pasar tenaga
kerja. Tidak sedikit perusahaan yang tidak siap mengantisipasi
pembajakan SDM mereka. Hal ini bisa membuat ketidakstabilan di
perusahaan. Untuk itu perusahaan mesti menyiapkan strategi perencanaan
SDM-nya agar bisa menjalankan perusahaan dengan lebih stabil.
Salah
satu cara untuk menyediakan SDM yang handal di perusahaan adalah dengan
melakukan perencanaan SDM secara matang. Dengan adanya perencanaan,
perusahaan bisa mengantisipasi di kemudian hari berbagai kemungkinan
yang akan terjadi terhadap SDM mereka. Disamping itu, dalam perekrutan
karyawan dan mutasi atau promosi, data asesmen menjadi sangat penting
peranannya sebagai sumber daya data yang menyediakan profil
masing-masing individu. Data ini yang bisa dijadikan rujukan untuk
menyediakan SDM yang dikehendaki perusahaan. Tulisan ini akan
menguraikan peran asesmen dalam perencanaan SDM untuk mengantisipasi
pembajakan karyawan.
Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui
peran penting asesmen di perusahaan dan untuk menjelaskan kaitan penting
asesmen dengan perencanaan SDM di perusahaan.
Pembahasan
Perusahaan yang membutuhkan karyawan akan membuat peta kebutuhan
pekerjaan. Posisi yang dibutuhkan ini diberikan karakternya. Karakter
pekerjaan yang telah dibuat kemudian akan dicocokkan dengan karakter
individu. Dengan demikian, individu yang bisa diterima untuk posisi yang
dibutuhkan perusahaan adalah individu yang memenuhi kriteria dari
pekerjaan yang dijelaskan oleh perusahaan. Menurut Walsh dan Betz
(1995), asesmen merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami individu
lain.
Asesmen calon karyawan dilakukan untuk mengetahui berbagai
potensi yang ada pada individu serta kemampuan dan karakter yang
dimiliki. Menurut Cascio (1998), asesmen terdiri dari penilaian
kemampuan inteligensi, minat dan kepribadian. Dari hasil asesmen, akan
tersedia data yang lebih detil untuk perusahaan. Perusahaan bisa memilih
individu mana yang paling cocok ditempatkan untuk mengisi jabatan yang
disediakan.
Asesmen calon karyawan akan bisa menjelaskan bagaimana
kemampuan intelektual, kemampuan verbal dan kemampuan numerik. Untuk
beberapa posisi pekerjaan, kemampuan ini sangat menentukan bagi calon
karyawan apakah dia akan diterima atau tidak di perusahaan yang
dilamarnya.
Di samping bisa menunjukkan kemampuan intelektual,
kemampuan verbal dan numerik, asesmen calon karyawan juga bisa
menyediakan data tentang kerjasama tim, kepekaan sosial, kemauan bekerja
keras, bekerja secara mandiri, kreativitas dan tanggung jawab pribadi
dari calon karyawan. Perusahaan juga membutuhkan data ini untuk menilai
kecocokan antara karakter pekerjaan dengan karakter individu dari calon
karyawan.
Perusahaan juga akan mencocokkan minat dari calon
karyawan dengan posisi pekerjaan yang ditawarkan. Untuk beberapa
pekerjaan, minat dari calon karyawan bisa menentukan apakah individu
tersebut diterima bekerja atau tidak. Posisi pekerjaan yang sangat
menuntut individu memiliki minat terhadap masalah administrasi, maka
akan menolak calon karyawan yang ternyata lebih memiliki minat terhadap
pekerjaan yang menuntut spirit enterpreneurship.
Asesmen tidak
hanya dilakukan dalam perekrutan karyawan, akan tetapi juga dilakukan
untuk mutasi atau promosi. Promosi terkadang menuntut kriteria tertentu
sehingga karyawan yang sudah bekerja di perusahaan tidak otomatis bisa
naik ke posisi yang lebih tinggi karena bisa jadi pekerjaan tersebut
menuntut energi yang lebih banyak atau tanggung jawab yang lebih berat.
Dengan asesmen, bisa dicari karyawan yang paling cocok untuk menempati
posisi yang lebih atas.
Setelah melihat secara sekilas tentang
peran asesmen dalam perusahaan, maka berikutnya kita akan melihat kaitan
antara asesmen dengan perencanaan SDM di perusahaan. Perencanaan SDM
adalah sebuah proses antisipasi dan pembuatan ketetapan untuk
menggerakkan individu di dalam dan di luar organisasi dalam rangka
mengefektifkan usaha pengembangan SDM yang siap untuk mengantisipasi
pengorganisasian penawaran dan permintaan pekerja, memberikan peluang
yang sama luasnya kepada karyawan baik wanita, minoritas maupun yang
cacat, dan membimbing pengembangan dan melatih tenaga kerja (Hamid,
2008).
Adapun keuntungan dari penggunaan perencanaan SDM ini di
antaranya adalah menghemat secara ekonomi penerimaan karyawan baru, bisa
memanfaatkan SDM yang tersedia secara efektif, dan ada integrasi yang
strategis antara permintaan dan jumlah staf yang ada (Hamid, 2008). Hal
ini harus diimbangi dengan kesiapan divisi SDM yang ada di perusahaan.
Namun
demikian, masih banyak perusahaan yang memberikan porsi tugas, tanggung
jawab dan wewenang divisi SDM tak lebih dari fungsi administratif
kepersonaliaan (Majalah Swasembada, Edisi No. 03/XXIV/6-20 Februari
2008). Sehingga wajar bila terjadi pembajakan yang kemungkinannya
dilatarbelakangi oleh ketidaksiapan divisi SDM perusahaan menangani SDM
yang telah ada dan sekaligus melakukan perencanaan strategis terhadap
SDM perusahaan.
Bank Niaga, menurut majalah Swasembada (Edisi No.
03/XXIV/6-20 Februari 2008), gigih memadukan dan menyelaraskan platform
divisi SDM-nya dengan platform bisnis yang dicanangkan perusahaan.
Tentunya usaha seperti ini akan menjadikan SDM perusahaan memiliki nilai
yang tinggi dan perusahaan pun memberikan penghargaan kepada SDM
tersebut.
Perencanaan SDM yang baik memang tetap memberikan
peluang untuk pembajakan. Untuk itu, perusahaan (terutama divisi SDM)
harus melakukan berbagai cara agar bisa tetap terjaga stabilitas di
perusahaan. Joris de Fretes, Direktur Pengembangan SDM dan Layanan
Korporat PT Excelcomindo Pratama memberikan pendapat tentang cara
mengantisipasi pembajakan, yaitu agar para manajer dan GM melakukan
kaderisasi anak buahnya sehingga bila ada karyawan di level atas yang
pindah, orang di level bawahnya sudah siap menggantikan (Majalah
Swasembada, Edisi No. 03/XXIV/6-20 Februari 2008).
Di sini peran
asesmen sudah bisa dirasakan. Hasil asesmen bisa menjadi bank data bagi
perusahaan untuk menyediakan stok karyawan yang handal, dan juga stok
data dari luar yaitu mereka yang tidak menjadi karyawan tetapi mengikuti
asesmen untuk melamar posisi tertentu di perusahaan. Data pihak
eksternal ini bisa diangkat kembali oleh perusahaan jika sewaktu-waktu
dibutuhkan. Namun data hasil asesmen karyawan internal perusahaan, baik
asesmen rekrutmen maupun asesmen promosi/mutasi tetap menjadi yang
utama.
Dengan data dari hasil asesmen, bisa dipertimbangkan
apakah karyawan level bawah dari bagian yang sama akan menggantikan
posisi di atasnya atau karyawan dari bagian lain yang karakter
individunya memenuhi karakter pekerjaan yang ditawarkan perusahaan.
Berhubung setiap posisi atau jabatan dari pekerjaan memiliki karakter
tertentu, maka dengan data hasil asesmen bisa dilihat individu mana yang
bisa memenuhi karakter pekerjaan atau jabatan yang kosong tersebut.
Namun
demikian, bagi jabatan yang membutuhkan pengalaman yang cukup lama,
maka karyawan yang berada pada level di bawahnya sangat memungkinkan
mengisi posisi tersebut, disamping bisa juga mengambil karyawan dari
luar yang telah mempunyai pengalaman di bidang yang sama. Ini semua
tergantung dari kebijakan divisi SDM perusahaan. Bagaimana divisi
tersebut melakukan perencanaan SDM yang sesuai dengan tujuan perusahaan.
Salah satu ciri perencanaan SDM yang baik adalah dilakukan berdasarkan
data yang akurat dan telah melalui uji coba (lihat, Abdul Hamid, 2008).
Data hasil asesmen merupakan salah satu data akurat bagi perusahaan
dalam melakukan perencanaan SDM-nya.
Jika dibutuhkan, perusahaan
bisa melakukan asesmen baru untuk mencari orang yang tepat untuk
menggantikan karyawan sebelumnya yang telah pindah. Data baru ini bisa
dibandingkan dengan data yang sudah ada sebelumnya, dan perusahaan
kemudian bisa membandingkan data-data tersebut. Kemudian dilihat juga
karakter pekerjaan yang akan diisi. Beberapa calon yang sudah ada, data
lama mereka dilihat dan disandingkan dengan data yang baru.
Adapun saran yang bisa disampaikan pada tulisan ini adalah:
Divisi SDM di perusahaan harus dikelola dengan baik untuk
mengantisipasi pembajakan SDM. Perusahaan sebaiknya melakukan asesmen
berkala terhadap karyawan untuk mendapatkan data terbaru yang akan
dipergunakan untuk perencanaan SDM dan mengantisipasi pembajakan SDM.
Jakarta, 19 Oktober 2008
Langganan:
Postingan (Atom)
Recent Post
Dilema Inklusi Keuangan di Indonesia
Oleh Erwin FS Bank Dunia merilis data terkait inklusi keuangan (Kompas, 17/4/2015), pada rentang 2011-2014 700 juta orang di dunia men...
Popular Post
-
Oleh Erwin FS Jika ada manusia di dunia ini yang mengaku sebagai Tuhan, maka salah satunya adalah Firaun. “Dia (Firaun) berkata, “...
-
Oleh Erwin FS Perkembangan perbankan syariah yang begitu pesat di Indonesia patut diapresiasi. Perbankan syariah sebagai bagian ...
-
Oleh Erwin FS Abstrak Perkembangan bank syariah termasuk cukup pesat, terutama setelah tahun 1998, namun dilihat dari segi aset masih...