Selasa, 29 Oktober 2002

Ekonomi Syariah dan Modal Politik

Oleh Erwin FS


Perkembangan implementasi ekonomi syariah mengalami akselerasi semenjak terjadinya krisis moneter. Sampai saat ini tercatat terdapat dua bank umum syariah  dengan 36 kantor cabang dan 52 kantor di bawah cabang. Disamping itu masih ada enam bank umum konvensional yang memiliki kantor cabang syariah yang tersebar di 26 kota di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Belum lagi masih ada 81 BPR Syariah. Sementara pengimpulan dana masyarakat oleh Bank Syariah per 21 Mei 2002 mencapai Rp 2 triliun, dan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 2,5 triliun. Ini berarti financing to deposit ratio (FDR) melampaui 100 persen, padahal FDR perbankan nasional hanya 39 persen per April 2002. Sementara total aset perbankan syariah pada periode yang sama adalah Rp 3,2 triliun. (modalonline.com)

Kemajuan lainnya yang dapat dilihat adalah lahirnya UU No.10/1998 yang memungkinkan bank umum konvensional berubah menjadi bank umum syariah ataupun terjadinya dual banking system yang memungkinkan sebuah bank konvensional memiliki cabang syariah. Disamping itu telah terbit pula Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.59 yang merupakan instrumen penunjang operasional perbankan syariah.  Sementara, sedang diusahakan pula RUU bank syariah dan RUU lembaga keuangan mikro dan syariah. Kesemuanya ini memperlihatkan akselerasi implementasi ekonomi syariah dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Sewaktu terjadi krisis moneter, perbankan syariah mampu tetap eksis di tengah likuidasi perbankan. Pada tahun 1998 Bank Muamalat Indonesia (BMI) bahkan mampu mencapai rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 12 persen dari yang disyaratkan BI sebesar minimum empat persen. Hal ini terkait erat dengan sistem yang dipakai oleh masing-masing bank.
Disamping itu bank syariah memiliki dewan pengawas syariah yang anggotanya telah melalui seleksi Dewan Syariah Nasional, sehingga kemungkinan adanya penyalahgunaan dalam bank dapat ditekan seminimal mungkin. Sedangkan untuk bank konvensional, pengawas semacam ini tidak ada sehingga terjadi moral hazard yang luar biasa.
Selama lebih kurang 30 tahun kebijakan ekonomi Indonesia yang kental dengan semangat kapitalisme, telah terjadi akumulasi praktik-praktik tidak terpuji dalam kegiatan politik dan ekonomi. Dampaknya sangat luar biasa dan sedang dirasakan mayoritas rakyat Indonesia pada saat ini. Ketika dalam kondisi krisis, dimana rakyat sangat membutuhkan berbagai kebutuhan pokok, pemerintah justru mengeluarkan dana yang sangat besar bagi sektor keuangan yang mengalami kebangkrutan akibat moral hazard (sebuah ciri khas kapitalisme). Padahal dana yang demikian besarnya lebih bernilai guna diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan rakyat.
Kini masyarakat sudah semakin tahu kebobrokan sebagian besar elit politik maupun pemerintahan, dan lebih jauh lagi sudah mampu menilai bagaimana bobroknya sistem kapitalis yang saling berhubungan antara ekonomi dengan sosial politik. Maka bisa dilihat jika mereka yang diduga korup dan tidak peduli pada nasib rakyat sangat mendukung kapitalisme karena memang sangat menguntungkan mereka.
Di tengah tanda kejatuhan sistem kapitalis di Indonesia itu, ekonomi syariah mengalami akselerasi signifikan, tidak hanya dari pihak lembaga keuangan tetapi juga dari pertambahan nasabah yang pesat dan bahkan institusi yang mendukungnya. Dan masih di tengah kejatuhan sistem kapitalis, kesadaran masyarakat akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam juga juga mengalami akselerasi signifikan. Hal ini merupakan modal politik yang potensial bagi gerakan Islam di Indonesia. Implementasi ekonomi syariah yang tidak terpengaruh volatilitas ekonomi global adalah modal membangun kemandirian. Kemandirian adalah modal politik yang sangat berharga bagi umat dan gerakan Islam di Indonesia.
Artikel ini dimuat di Saksi Edisi No.3 Tahun V 29 Oktober 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post

Dilema Inklusi Keuangan di Indonesia

Oleh Erwin FS Bank Dunia merilis data terkait inklusi keuangan (Kompas, 17/4/2015), pada rentang 2011-2014 700 juta orang di dunia men...

Popular Post