Oleh Erwin FS
Setelah Barat (kapitalisme) memenangkan pertarungan dengan Timur (komunisme), maka isu berikutnya adalah benturan peradaban. Isu ini dipopulerkan oleh Samuel Hutington yang menyatakan bahwa setelah menghadapi Timur, Barat akan berhadapan dengan Islam dimana di sini akan terjadi berbagai benturan.
Setelah Barat (kapitalisme) memenangkan pertarungan dengan Timur (komunisme), maka isu berikutnya adalah benturan peradaban. Isu ini dipopulerkan oleh Samuel Hutington yang menyatakan bahwa setelah menghadapi Timur, Barat akan berhadapan dengan Islam dimana di sini akan terjadi berbagai benturan.
Benturan Barat dengan Islam sesungguhnya tidak apple to apple
karena Barat adalah sebuah entitas yang dipimpin oleh Amerika yang
didukung oleh sekutunya. Sementara Islam bukan seperti Amerika dan
sekutu. Islam adalah umat yang sudah terpecah menjadi warga berbagai
negara dan tidak memiliki pemimpin di tingkat global.
Umat
Islam banyak yang tidak tahu bahwa tadinya mereka memang sebuah entitas
yang dipimpin oleh kekhalifahan Turki Utsmani. Namun kekhalifahan ini
runtuh pada tahun 1924. Semenjak itu entitas umat Islam bukan lagi
kekhalifahan, tetapi warga negara yang banyak mendapat tekanan dari
penguasa yang zhalim.
Dengan
kondisi seperti itu, Barat sangat jelas memenangkan pertarungan.
Berbagai agenda dan skenario diciptakan untuk memperlihatkan benturan
peradaban ini. Yang paling hangat saat ini adalah isu terorisme dimana
Barat sebagai entitas yang sangat besar didukung kekuatan militer,
ekonomi, teknologi dan lainnya bertarung menghadapi kelompok kecil
perorangan yang organisasinya tidak jelas siapa pemimpinnya dengan
target melemahkan kondisi umat Islam.
Efeknya
memang sudah terasa. Masyarakat berusaha untuk tidak ”terjebak” dengan
berbagai kegiatan keagamaan karena mereka tidak ingin dijuluki sebagai
muslim radikal atau muslim fundamentalis. Sebaliknya, mereka yang bangga
menjadi muslim radikal maupun muslim fundamentalis dijebak dan
direkayasa sedemikian rupa sebagai tokoh antagonis dan kemudian
disiarkan oleh media.
Mereka
yang dijebak ini memang memiliki berbagai kelebihan, baik dalam bidang
agama maupun bidang keilmuan lainnya. Namun pilihan mereka
memperjuangkan Islam dengan cara tertentu kerap menimbulkan
diseksternalitas bagi umat Islam lainnya.
Manajemen SDM
Salah satu agenda yang kerap lewat begitu saja bagi organisasi (gerakan) Islam adalah masalah manajemen SDM. Organisasi (gerakan) Islam tidak sedikit yang terjebak dalam benturan peradaban antar mereka. Antar organisasi (gerakan) saling serang, mencaci, memfitnah. Kondisi ini tidak kondusif. Sudah saatnya bagi organisasi (gerakan) Islam menata SDM mereka baik untuk kaderisasi, perluasan wilayah kerja, perbanyakan SDM maupun pemunculan para pemimpin baru.
Salah satu agenda yang kerap lewat begitu saja bagi organisasi (gerakan) Islam adalah masalah manajemen SDM. Organisasi (gerakan) Islam tidak sedikit yang terjebak dalam benturan peradaban antar mereka. Antar organisasi (gerakan) saling serang, mencaci, memfitnah. Kondisi ini tidak kondusif. Sudah saatnya bagi organisasi (gerakan) Islam menata SDM mereka baik untuk kaderisasi, perluasan wilayah kerja, perbanyakan SDM maupun pemunculan para pemimpin baru.
Saat
ini umat Islam tidak memiliki pemimpin, konsekuensinya banyak
organisasi (gerakan) yang bermunculan dengan berbagai visi, misi, tujuan
dan strategi. Ada yang memiliki manajemen organisasi yang bagus, ada
juga yang tidak. Ada yang memiliki manajemen SDM yang bagus, ada juga
yang tidak.
Sebagai
sebuah entitas bernama umat dan saat ini tengah dibenturkan oleh Barat,
sudah selayaknya seluruh organisasi (gerakan) Islam menyiapkan dan
memunculkan SDM yang berkualitas, baik dalam hal kompetensi maupun
integritas. Sangat banyak masalah yang membutuhkan sentuhan SDM muslim
agar manusia menikmati keadilan dan kesejahteraan.
Di
negara-negara yang banyak berpenduduk muslim, pemerintahnya justru
bnyak yang tidak adil dan sewenang-wenang. Rakyat dirugikan. Hak mereka
dirampas. Hidup mereka dizalimi sedemikian rupa. Nilai-nilai Islam
banyak yang hilang. Sementara di negara Barat justru bisa dirasakan
nilai-nilai Islam tersebut semisal hak terhadap pendidikan dan
kesehatan.
Umat
Islam mesti dibangunkan dari tidur mereka selama ini. Mereka harus tahu
bahwa banyak nilai-nilai Islam yang semestinya hadir dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang memberikan kebaikan,
keadilan dan kesejahteraan. Dengan ketiadaan pemimpin umat, maka mau
tidak mau organisasi atau gerakan Islam yang bisa mempelopori munculnya
SDM muslim yang akan membawa perbaikan.
Lalu,
bagaimana cara mewujudkannya? Yang jelas melalui implementasi manajemen
SDM yang ada di berbagai organisasi dan gerakan Islam. Dengan banyaknya
organisasi dan gerakan ini, maka akan banyak cara dan metode
bermunculan. Namun demikian, diharapkan tetap mengacu kepada Al Quran
dan Sunnah Nabi serta sejarah Nabi dan para sahabat.
Manajemen
SDM bertitik tolak kepada kegiatan perekrutan, penseleksian, penempatan
dan pengembangan karir. Ini adalah gambaran umum yang terdapat pada
manajemen SDM di perusahaan. Manajemen SDM muslim tidak jauh berbeda
dengan hal tersebut. Namun di sini ada penambahan dalam hal bagaimana
memunculkan generasi muslim yang semakin banyak untuk mengamalkan
nilai-nilai Islam.
Perekrutan
di organisasi/perusahaan mengacu kepada orang dewasa. Dalam
organisasi.gerakan Islam ini bisa disetarakan dengan masuknya individu
ke dalam organisasi dimana mereka telah berada di usia tertentu.
Demikian juga dengan penseleksian, penempatan dan pengembangan karir.
Hal ini berada pada domain orang dewasa.
Kita
bisa melihat ada organisasi yang tidak bisa melaksanakan kaderisasi
karena lupa atau pengurusnya keasyikan menjalankan roda organisasi
sehingga kader mereka habis atau ketika diadakan proses kaderisasi
ternyata kualitasnya tidak bisa sebagus generasi sebelumnya.
Kita
bisa juga melihat ada organisasi yang kesulitan untuk menjadikan
kadernya sebagai pribadi yang mampu mengemban amanah bagi masyarakat
sehingga nilai-nilai Islam yang seharusnya bisa diimplementasikan justru
diganti dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam itu sendiri,
seperti korupsi, tidak empati, tidak bertanggung jawab.
Jika
organisasi atau gerakan Islam tidak mampu memproduksi SDM yang melayani
masyarakat maka keberadaan Islam sebagai ajaran yang rahmatan lil ’alamin
tidak akan pernah bisa dirasakan. Rakyat akan apatis dan menganggap
kondisi yang semakin buruk tetap menjadi pilihan terbaik. Jika kondisi
ini yang muncul, maka umat Islam akan mudah direndahkan oleh peradaban
Barat. Umat Islam tidak memiliki konsep manajemen SDM guna menghasilkan
individu yang mampu mengimplementasikan konsep rahmatan lil ’alamin.
Manajemen
SDM organisasi (gerakan) Islam sudah selayaknya mengacu kepada konsep
manajemen SDM berkelanjutan yang bergerak dalam periode jangka panjang.
Selama ini terkesan manajemen SDM organisasi (gerakan) Islam dilakukan
dalam jangka pendek maupun menengah. Manajemen SDM organisasi (gerakan)
Islam jangka panjang tidak sekedar keterlibatan individu, akan tetapi
melibatkan keluarga dan masyarakat.
Untuk
itu, seorang pemimpin yang lahir dari organisasi (gerakan) Islam harus
menjadikan keluarganya sebagai bagian dari penyiapan SDM periode
selanjutnya dengan memiliki kualitas yang sama dan bahkan lebih baik
lagi. Apabila setiap keluarga yang sadar akan pembentukan dan penyiapan
SDM yang berkualitas semakin banyak, maka akan terbentuk masyarakat yang
mampu menyiapkan SDM muslim berkualitas. Mereka kelak akan memberikan
kontribusi bagi peradaban Islam yang berisikan nilai-nilai universal
yang akan mengarahkan masyarakat kepada kehidupan yang berkualitas baik
dari segi hukum, sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Pertanyaan
pentingnya, adakah setiap organisasi (gerakan) Islam melakukan hal ini?
Kita berharap, seluruh organisasi (gerakan) Islam tidak melupakan hal
tersebut. Jika manajemen SDM jangka panjang ini dilupakan oleh banyak
organisasi (gerakan) Islam, maka umat Islam tidak akan bisa bangkit dari
keterpurukan dan ketertindasannya. ۞
Jakarta, 16 Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar