Jumat, 16 Juli 2010

Manajemen SDM Organisasi (Gerakan) Islam

Oleh Erwin FS

Setelah Barat (kapitalisme) memenangkan pertarungan dengan Timur (komunisme), maka isu berikutnya adalah benturan peradaban. Isu ini dipopulerkan oleh Samuel Hutington yang menyatakan bahwa setelah menghadapi Timur, Barat akan berhadapan dengan Islam dimana di sini akan terjadi berbagai benturan.
Benturan Barat dengan Islam sesungguhnya tidak apple to apple karena Barat adalah sebuah entitas yang dipimpin oleh Amerika yang didukung oleh sekutunya. Sementara Islam bukan seperti Amerika dan sekutu. Islam adalah umat yang sudah terpecah menjadi warga berbagai negara dan tidak memiliki pemimpin di tingkat global.
Umat Islam banyak yang tidak tahu bahwa tadinya mereka memang sebuah entitas yang dipimpin oleh kekhalifahan Turki Utsmani. Namun kekhalifahan ini runtuh pada tahun 1924. Semenjak itu entitas umat Islam bukan lagi kekhalifahan, tetapi warga negara yang banyak mendapat tekanan dari penguasa yang zhalim.
Dengan kondisi seperti itu, Barat sangat jelas memenangkan pertarungan. Berbagai agenda dan skenario diciptakan untuk memperlihatkan benturan peradaban ini. Yang paling hangat saat ini adalah isu terorisme dimana Barat sebagai entitas yang sangat besar didukung kekuatan militer, ekonomi, teknologi dan lainnya bertarung menghadapi kelompok kecil perorangan yang organisasinya tidak jelas siapa pemimpinnya dengan target melemahkan kondisi umat Islam.
Efeknya memang sudah terasa. Masyarakat berusaha untuk tidak ”terjebak” dengan berbagai kegiatan keagamaan karena mereka tidak ingin dijuluki sebagai muslim radikal atau muslim fundamentalis. Sebaliknya, mereka yang bangga menjadi muslim radikal maupun muslim fundamentalis dijebak dan direkayasa sedemikian rupa sebagai tokoh antagonis dan kemudian disiarkan oleh media.
Mereka yang dijebak ini memang memiliki berbagai kelebihan, baik dalam bidang agama maupun bidang keilmuan lainnya. Namun pilihan mereka memperjuangkan Islam dengan cara tertentu kerap menimbulkan diseksternalitas bagi umat Islam lainnya.
Manajemen SDM
Salah satu agenda yang kerap lewat begitu saja bagi organisasi (gerakan) Islam adalah masalah manajemen SDM. Organisasi (gerakan) Islam tidak sedikit yang terjebak dalam benturan peradaban antar mereka. Antar organisasi (gerakan) saling serang, mencaci, memfitnah. Kondisi ini tidak kondusif. Sudah saatnya bagi organisasi (gerakan) Islam menata SDM mereka baik untuk kaderisasi, perluasan wilayah kerja, perbanyakan SDM maupun pemunculan para pemimpin baru.
Saat ini umat Islam tidak memiliki pemimpin, konsekuensinya banyak organisasi (gerakan) yang bermunculan dengan berbagai visi, misi, tujuan dan strategi. Ada yang memiliki manajemen organisasi yang bagus, ada juga yang tidak. Ada yang memiliki manajemen SDM yang bagus, ada juga yang tidak.
Sebagai sebuah entitas bernama umat dan saat ini tengah dibenturkan oleh Barat, sudah selayaknya seluruh organisasi (gerakan) Islam menyiapkan dan memunculkan SDM yang berkualitas, baik dalam hal kompetensi maupun integritas. Sangat banyak masalah yang membutuhkan sentuhan SDM muslim agar manusia menikmati keadilan dan kesejahteraan.
Di negara-negara yang banyak berpenduduk muslim, pemerintahnya justru bnyak yang tidak adil dan sewenang-wenang. Rakyat dirugikan. Hak mereka dirampas. Hidup mereka dizalimi sedemikian rupa. Nilai-nilai Islam banyak yang hilang. Sementara di negara Barat justru bisa dirasakan nilai-nilai Islam tersebut semisal hak terhadap pendidikan dan kesehatan.
Umat Islam mesti dibangunkan dari tidur mereka selama ini. Mereka harus tahu bahwa banyak nilai-nilai Islam yang semestinya hadir dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang memberikan kebaikan, keadilan dan kesejahteraan. Dengan ketiadaan pemimpin umat, maka mau tidak mau organisasi atau gerakan Islam yang bisa mempelopori munculnya SDM muslim yang akan membawa perbaikan.
Lalu, bagaimana cara mewujudkannya? Yang jelas melalui implementasi manajemen SDM yang ada di berbagai organisasi dan gerakan Islam. Dengan banyaknya organisasi dan gerakan ini, maka akan banyak cara dan metode bermunculan. Namun demikian, diharapkan tetap mengacu kepada Al Quran dan Sunnah Nabi serta sejarah Nabi dan para sahabat.
Manajemen SDM bertitik tolak kepada kegiatan perekrutan, penseleksian, penempatan dan pengembangan karir. Ini adalah gambaran umum yang terdapat pada manajemen SDM di perusahaan. Manajemen SDM muslim tidak jauh berbeda dengan hal tersebut. Namun di sini ada penambahan dalam hal bagaimana memunculkan generasi muslim yang semakin banyak untuk mengamalkan nilai-nilai Islam.
Perekrutan di organisasi/perusahaan mengacu kepada orang dewasa. Dalam organisasi.gerakan Islam ini bisa disetarakan dengan masuknya individu ke dalam organisasi dimana mereka telah berada di usia tertentu. Demikian juga dengan penseleksian, penempatan dan pengembangan karir. Hal ini berada pada domain orang dewasa.
Kita bisa melihat ada organisasi yang tidak bisa melaksanakan kaderisasi karena lupa atau pengurusnya keasyikan menjalankan roda organisasi sehingga kader mereka habis atau ketika diadakan proses kaderisasi ternyata kualitasnya tidak bisa sebagus generasi sebelumnya.
Kita bisa juga melihat ada organisasi yang kesulitan untuk menjadikan kadernya sebagai pribadi yang mampu mengemban amanah bagi masyarakat sehingga nilai-nilai Islam yang seharusnya bisa diimplementasikan justru diganti dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam itu sendiri, seperti korupsi, tidak empati, tidak bertanggung jawab.
Jika organisasi atau gerakan Islam tidak mampu memproduksi SDM yang melayani masyarakat maka keberadaan Islam sebagai ajaran yang rahmatan lil ’alamin tidak akan pernah bisa dirasakan. Rakyat akan apatis dan menganggap kondisi yang semakin buruk tetap menjadi pilihan terbaik. Jika kondisi ini yang muncul, maka umat Islam akan mudah direndahkan oleh peradaban Barat. Umat Islam tidak memiliki konsep manajemen SDM guna menghasilkan individu yang mampu mengimplementasikan konsep rahmatan lil ’alamin.
Manajemen SDM organisasi (gerakan) Islam sudah selayaknya mengacu kepada konsep manajemen SDM berkelanjutan yang bergerak dalam periode jangka panjang. Selama ini terkesan manajemen SDM organisasi (gerakan) Islam dilakukan dalam jangka pendek maupun menengah. Manajemen SDM organisasi (gerakan) Islam jangka panjang tidak sekedar keterlibatan individu, akan tetapi melibatkan keluarga dan masyarakat.
Untuk itu, seorang pemimpin yang lahir dari organisasi (gerakan) Islam harus menjadikan keluarganya sebagai bagian dari penyiapan SDM periode selanjutnya dengan memiliki kualitas yang sama dan bahkan lebih baik lagi. Apabila setiap keluarga yang sadar akan pembentukan dan penyiapan SDM yang berkualitas semakin banyak, maka akan terbentuk masyarakat yang mampu menyiapkan SDM muslim berkualitas. Mereka kelak akan memberikan kontribusi bagi peradaban Islam yang berisikan nilai-nilai universal yang akan mengarahkan masyarakat kepada kehidupan yang berkualitas baik dari segi hukum, sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Pertanyaan pentingnya, adakah setiap organisasi (gerakan) Islam melakukan hal ini? Kita berharap, seluruh organisasi (gerakan) Islam tidak melupakan hal tersebut. Jika manajemen SDM jangka panjang ini dilupakan oleh banyak organisasi (gerakan) Islam, maka umat Islam tidak akan bisa bangkit dari keterpurukan dan ketertindasannya. ۞
Jakarta, 16 Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post

Dilema Inklusi Keuangan di Indonesia

Oleh Erwin FS Bank Dunia merilis data terkait inklusi keuangan (Kompas, 17/4/2015), pada rentang 2011-2014 700 juta orang di dunia men...

Popular Post