Minggu, 25 Oktober 2015

Dilema Inklusi Keuangan di Indonesia

Oleh Erwin FS

Bank Dunia merilis data terkait inklusi keuangan (Kompas, 17/4/2015), pada rentang 2011-2014 700 juta orang di dunia menjadi pemilik baru rekening bank atau lembaga keuangan formal lainnya. Menurut Bank Dunia, tinggal 2 miliar penduduk yang belum memiliki rekening bank atau turun 20 persen. Masih menurut Bank Dunia, di Indonesia kepemilikan rekening bank dalam 40 persen masyarakat termiskin sebanyak 22 persen.

Menurut Elvin G Masasya, baru 57 persen penduduk Indonesia yang sudah menggunakan jasa perbankan. (Kompas, 20/9/2015). Berbeda dengan Elvin, dalam Kompas edisi 11/9/2015 yang melansir data Bank Indonesia (BI), baru 20 persen penduduk dewasa di Indonesia yang memiliki rekening bank pada tahun 2011. Dan pada 2014 meningkat menjadi 36 persen. Data ini belum memasukkan nasabah bank nirkantor.

Kamis, 18 Desember 2014

Prospek Ekonomi Indonesia di 2015

Oleh Erwin FS 
Ketua Center for Human Analysis and Resource Management (CHARM)

Tahun 2014 Indonesia mengalami pergantian presiden. Sedikit banyaknya telah mempengaruhi konstelasi ekonomi politik. Apalagi sejak pengangkatan presiden baru, muncul kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan alasan untuk melonggarkan ruang fiskal. Kebijakan ini mempengaruhi daya beli masyarakat lapisan bawah karena harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Dengan kebijakan awal seperti ini, apakah di tahun 2015 ekonomi Indonesia bisa membaik, terutama bagi masyarakat banyak? 

Kebijakan menaikkan harga BBM telah dilakukan oleh banyak presiden, yang memiliki alasan tersendiri. Namun untuk kenaikan harga BBM di tahun 2014 memang sedikit paradoks, karena harga minyak dunia mengalami penurunan. Kebijakan menaikkan harga BBM sangat mempengaruhi sektor riil. Apalagi jika di sektor riil ini keseimbangan harga barang dan jasa mengikuti mekanisme pasar. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada saat ini, mekanisme pasar lebih menguntungkan pemodal atau pedagang. 

Rabu, 21 Mei 2014

Mei 1998 dan Maret 2014

Oleh Erwin FS
 
Pada bulan April 1998 pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sesuai dengan kesepakatan yang ditandatangani oleh IMF (International Monetary Fund). Peristiwa ini sangat menimbulkan gejolak karena sebelumnya di pertengahan 1997 terjadi krisis moneter yang menyebabkan melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing, terutama dolar AS.

Rentetan dari krisis moeneter itu adalah krisis ekonomi, harga barang dan jasa melonjak, pengangguran besar besaran terjadi. Pemerintah yang sudah kadung mengikuti kontrak IMF tidak bisa berbuat banyak. Konsentrasi IMF yang cukup besar di sektor keuangan telah menyebabkan terabaikannya perhatian kepada ekonomi masyarakat kala itu.

Pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri setelah melihat reaksi masyarakat terhadap kebijakan kenaikan harga BBM dan juga kondisi ekonomi politik sosial yang membutuhkan peredaaan ketegangan.

Selasa, 05 November 2013

Hijrah dan Upah Minimum

Oleh Erwin FS

Sudah lama saya tidak menulis. Di momentum satu Muharam 1435 Hijriyah ini saya coba mengulas isu kontemporer yang ada. Di pikiran saya, isu yang sedang populer saat ini adalah masalah tuntutan kenaikan upah minimum regional.

Salah satu alasan Nabi Muhammad SAW hijrah adalah kuat dan beratnya tekanan dari kelompok-kelompok yang menentang Nabi Muhammad SAW di Mekkah. Namun demikian, kondisi seperti itu juga ternyata membuat akidah dan mental umat Islam pada waktu itu menjadi kuat.

Ketika Hijrah seluruh kaum muslimin bisa dibilang dalam kondisi SPBU, yaitu “dimulai dari nol ya”. Artinya dari segi ekonomi tidak ada yang bisa dibanggakan atau dijadikan pegangan. Namun kebaikan kaum Anshor di Madinah dengan cepat bisa mengubah nasib mereka. Ini artinya, ada pertolongan Allah SWT dalam membantu memulihkan kondisi ekonomi kaum Muhajirin.

Rabu, 02 November 2011

Pasar Tradisional dan Ekonomi

Oleh Erwin FS 
Saat ini, Pasar Raya Padang sudah sangat padat sekali oleh para pedagang, terutama pedagang kaki lima. Hal ini menyebabkan terganggunya konsumen untuk berbelanja. Suasana kurang nyaman menjadi pemandangan sehari-hari.

Padatnya Pasar Raya oleh para pedagang tersebut mengisyaratkan bahwa animo masyarakat untuk berdagang sangat besar, dan jumlah mereka yang berdagang pun banyak. Sayangnya seperti tidak ada tempat yang bisa dijadikan lahan untuk berdagang.

Pasar Raya menjadi salah satu pilihan yang menarik karena posisinya strategis dan sudah dikenal oleh banyak orang. Akses kendaraan pun tergolong mudah. Maka para pedagang pun banyak yang berjualan di sini. Sayangnya, semakin banyak yang berdagang, muncul ketidaknyamanan bagi sebagian pedagang. Pasar yang merupakan basis pembentukan modal sosial dan ekonomi rakyat justru mengalami reduksi nilai.

Berdasarkan data dari kementerian Koperasi dan UKM, pasar tradisional baru tercatat di 160 kabupaten/kota dari 502 kabupaten/kota. Ini artinya kebutuhan pasar sangat banyak. Di Malaysia, satu pasar tradisionalnya melayani 6667 penduduk, sedangkan Indonesia, satu pasar tradisional melayani 19.231 penduduk. Dengan kata lain, di Malaysia satu juta penduduknya dilayani 150 pasar, sedangkan di Indonesia satu juta penduduk dilayani oleh 52 pasar. Meskipun jumlah pasar di Indonesia berjumlah 13.450 unit, tetap masih dibutuhkan penambahan pasar yang baru.

Jumat, 21 Oktober 2011

MP3EI dan Pilihan Kebijakan Ekonomi

Oleh Erwin FS

Diskursus mengenai MP3EI (masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia) koridor ekonomi Sumatera masih hangat dibincangkan. Ini terkait dengan tidak masuknya Sumbar ke dalam koridor ekonomi Sumatera tersebut. Jika tidak masuk koridor ekonomi, apakah ini berarti hal negatif? Belum tentu.

Pembangunan ekonomi pada dasarnya justru menitikberatkan kepada manusia karena dalam ilmu ekonomi manusia adalah bagian dari faktor produksi. Jika manusianya sukses, maka itulah tujuan utamanya. Secara sederhana ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka kebijakan ekonomi maupun pembangunan ekonomi adalah bagaimana menjadikan seluruh rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Apa yang dibincangkan di MP3EI jika ditelaah kembali justru lebih banyak menitikberatkan kepada output kegiatan ekonomi berupa komoditi dan fisik. Output ekonomi ini akan berhasil jika didukung oleh sumberdaya manusia yang bagus.

Jumat, 05 Agustus 2011

Budaya Organisasi Bank Syariah

Oleh Erwin FS 


Perkembangan perbankan syariah yang begitu pesat di Indonesia patut diapresiasi. Perbankan syariah sebagai bagian dari perbankan nasional telah menjadi motor baru penggerak perekonomian nasional. Meskipun dari segi pangsa pasar masih kecil, namun keterlibatannya di tengah masyarakat sudah terasa. Peran bank syariah memajukan sektor riil adalah nilai tambah. Karena ada juga bank konvensional yang justru bermain di sektor keuangan dibanding di sektor riil. Dan ini juga belum tentu salah sepanjang aturan yang ada membolehkannya. Namun demikian, peran intermediasi bank syariah sesungguhnya justru untuk membantu sektor riil berjalan.

Dengan adanya kesadaran masyarakat untuk menjalankan ajaran Islam yang lebih baik, semakin banyak masyarakat menggunakan bank syariah sebagai tempat menaruh dana, berinvestasi maupun untuk membiayai usahanya. Moral hazard yang terjadi di bank konvensional juga mempengaruhi orang untuk menggunakan jasa bank syariah.

Ada rasa kenyamanan ketika menempatkan dana di bank syariah. Terbebas dari riba dan mendapatkan bagi hasil dari investasi yang halal. Dan insya Allah sumberdaya manusianya relatif terjaga dari aksi moral hazard, meskipun yang namanya manusia kemungkinan untuk itu akan selalu ada. Demikian juga ketika menggunakan pembiayaan bank syariah, ada kenyamanan dan kepastian.

Recent Post

Dilema Inklusi Keuangan di Indonesia

Oleh Erwin FS Bank Dunia merilis data terkait inklusi keuangan (Kompas, 17/4/2015), pada rentang 2011-2014 700 juta orang di dunia men...

Popular Post